Tags
K.H. MUSTOFA KAMIL SANG PENDEKAR DARI KOTA INTAN
Content Language : Indonesian
Berbagai rintangan dan halangan telah penulis lalui. Alhamdulillah berkat pertolongan Allah Swt., buku yang berjudul K.H. Mustofa Kamil Sang Pendekar dari Kota Intan dapat diselesaikan. Buku ini merupakan buku sejarah karena berusaha merekonstruksi peristiwa atau fakta masa lalu berdasarkan literatur yang ada dan hasil wawancara dengan berbagai pihak, terutama keluarga K.H. Mustofa Kamil yang masih ada. Fakta-fakta sejarah yang terkumpul itu oleh penulis dideskripsikan kembali dalam bentuk buku sehingga buku tersebut dapat dibaca oleh semua pihak. Keinginan untuk menulis buku tentang perjuangan K.H. Mustofa Kamil ini sudah lama. Namun, baru kali ini bisa diwujudkan berkat dorongan dari semua pihak, terutama dari keluarga K.H. Mustofa Kamil. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya”. Ungkapan tersebut disampai-kan oleh Bung Karno pada pidato dalam rangka memperingati kemerdekaan yang ke-16 Republik Indonesia pada tahun 1961. Tentu saja ungkapan tersebut memiliki makna yang mendalam bagi kita semua, khususnya bagi generasi muda Indonesia di mana pun berada. vi K.H. Mustofa Kamil Walaupun secara resmi belum ditetapkan sebagai pahlawan, K.H. Mustofa Kamil memiliki jiwa kepahlawanan yang tinggi karena beliau ikut berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari mulai zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang, hingga zaman awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awal kemerdekaan Indonesia, K.H. Mustofa Kamil ikut aktif mempertahankan kemerdekaan. Buktinya, pada tanggal 10 November 1945, beliau ikut berperang melawan sekutu bersama Bung Tomo di Surabaya. Pemerintah pusat menetapkan K.H. Mustofa Kamil sebagai perintis kemerdekaan Republik Indonesia, sebagaimana tertuang pada Surat Keputusan Menteri Sosial No. Pol. 159/PK bertanggal 23 Februari 1959. K.H. Mustofa Kamil ikut berperang selama 25 hari bersama Bung Tomo di Surabaya dan gugur dalam sebuah pertempuran yang heroik di daerah Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur pada tanggal 10 Desember 1945. Beliau diberi pangkat letnan kolonel anumerta oleh pemerintah pusat. Pemerintah Kabupaten Garut mengabadikan K.H. Mustofa Kamil sebagai nama jalan yang panjangnya kurang dari 1 km. Jalan itu terletak di pinggir Kota Garut, yang berdampingan dengan Jalan Aruji Kartawinata Buku ini, selain untuk mendukung gerakan literasi nasional (GLN) di Indonesia, juga merupakan salah satu bentuk penghargaan penulis kepada pahlawan. Dengan Sang Pendekar dari Kota Intan vii terbitnya buku ini, diharapkan memberi informasi kepada semua pihak bahwa masih banyak tokoh-tokoh penting di daerah yang sangat besar jasanya dalam perjalanan bangsa dan negara Republik Indonesia belum terpublikasikan kepada masyarakat luas. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini tidak mungkin bisa hadir di hadapan para pembaca, tanpa bantuan dari semua pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kapada keluarga K.H. Mustofa Kamil, di antaranya Bapak Aceng Kamil (putra bungsu), Mustofa Kamal (cucu), dan Mohammad Rasyid (cucu), yang telah berkenan untuk diwawancarai oleh penulis. Kepada istri penulis tercinta, Bayu Sutrena Budi, anak-anak tersayang Nova, Novi, dan Pazka yang terus menerus memberi semangat dalam proses penulisan buku ini, penulis ucapkan terima kasih. Kepada teman-teman guru dan staf tata laksana di SMP Negeri 2 Garut, penulis juga mengucapkan terima kasih atas motivasi dan kepercayaan dalam merampungkan gagasan besar ini. Kepada pihakpihak yang tulisannya dijadikan rujukan dalam buku ini, penulis mohon izin dan sekaligus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga segala kebaikan mereka semua menjadi amal saleh di hadapan Allah Swt. Amin. viii K.H. Mustofa Kamil “Tak ada gading yang tak retak”. Demikian kata pepatah, demikian pula buku ini masih banyak yang “retak-retaknya”. Oleh karena itu, sumbang saran dari para pembaca sangat penulis nantikan. Akhirnya, penulis berharap semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi para pelajar untuk memupuk nilai-nilai karakter religius, nasionalis, mandiri, dan integritas sebagaimana telah diwariskan K.H. Mustofa Kamil melalui perjuangannya melawan penjajah. Semoga!
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.