Tags
Kerinduan Pompong
Content Language : Indonesian
Kerinduan Pompong bercerita tentang sebuah kampung yang bernama Bandar Sungai, kampung kecil di Kabupaten Siak, Riau. Dahulu di kampung ini terdapat perusahaan besar bernama Caltex dan sekarang perusahaan itu berganti nama menjadi BOB. Perusahaan ini melakukan penambangan minyak bumi di Bandar Sungai. Sayangnya, persediaan minyak bumi di Bandar Sungai semakin berkurang. Dari 42 juta barel perhari, saat ini produksi minyak mentah di Bandar Sungai dan Zamrud hanya tersisa sepertiganya, yakni 15 juta barel per hari. Oleh karena itu, perusahaan memperhentikan karyawannya satu demi satu. Masyarakat Bandar Sungai mulai kehilangan pekerjaan, kehilangan mata pencaharian. Padahal banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan tersebut. Di kampung ini ada seorang anak berumur 11 tahun yang bernama Dudang. Ia memiliki berbagai cerita tentang masa-masa kejayaan ayahnya sebagai pengayuh sampan di kampung tersebut. Namun sejak jembatan Teluk Mesjid telah berdiri kokoh menghubungkan kampung Teluk Mesjid dan Bandar Sungai, sampan tidak lagi digunakan penduduk untuk menyeberangi sungai. viii Alat dan sarana transportasi yang telah lancar itu membuat pompong, sebuah angkutan sungai, tidak lagi dibutuhkan oleh masyarakat. Nasib pompong pun sama seperti sampan ayah Dudang. Kedua alat transportasi sungai itu menjadi barang tua yang tidak lagi digunakan. Sebagian besar masyarakat telah memiliki sepeda motor dan mobil. Mereka dapat pergi ke mana-mana dengan menggunakan jembatan Teluk Mesjid tersebut. Penulisan buku ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan cerita ini. Mudah-mudahan cerita ini bermanfaat bagi para siswa sekolah dasar di seluruh nusantara.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.